Ringkasan-kajian-1 : Aqidah yang Benar akan Membuahkan Akhlaq yang Mulia


Kajian bertempat di Masjid Darussalam, Pasar Kebayoran Lama, Jakarta. Dilaksanakan pada hari Selasa, 16 Rajab 1444 / 7 Februari 2023. Waktu : ba'da shalat dhuhur berjamaah.

Ustadz menyampaikan tema : Tauhid yang benar akan membuahkan akhlaq yang mulia.

Terlebih dahulu ustadz menyampaikan cakupan tauhid.

Yang pertama, Tauhid Rububiyyah. Yaitu pengakuan bahwa Allah satu-satunya pencipta, pengatur, pemelihara dan pemilik alam semesta. Allah yang menghidupkan dan mematikan. Kita sehat atau sakit, semua atas izin-Nya. Bisnis kita untung atau rugi, semua atas izin-nya. Semua perkara adalah bagi Allah, di tangan-Nya terletak seluruh kebaikan. Allah berkuasa atas segala sesuatu. Dia Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Seorang hamba harus mengesakan Allah dalam hal ini. Ini adalah tauhid yang paling mendasar.

Yang kedua, Tauhid Uluhiyah. Tauhid rububiyyah saja tidak cukup, harus ditindaklanjuti dengan Tauhid Uluhiyyah. Yaitu pengakuan bahwa tidak ada yang berhak disembah, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali hanya Allah saja. Mengesakan seluruh bentuk ibadah hanya kepada Allah saja. Ini adalah tauhid yang paling utama, pembeda antara yang beriman dan yang bukan.

Seraya ustadz memberikan contoh :

  • Orang-orang kafir Quraisy bertauhid rububiyyah namun tidak bertauhid uluhiyyah. Mereka mengakui bahwa pencipta langit bumi seisinya adalah Allah, namun mereka menyembah dan memberikan persembahan kepada berhala. Jadi, tauhid rububiyyah saja tidak cukup, karena orang-orang kafir Quraisy pun sudah bertauhid rububiyyah.
  • Fir'aun tidak bertauhid rububiyyah dan tidak bertauhid uluhiyyah. Fir'aun menempatkan dirinya sendiri sebagai tuhan untuk disembah rakyatnya. Bahkan ia menyombongkan diri dengan memerintahkan Hamman untuk membangun menara yang tinggi agar bisa membuktikan keberadaan Allah.

Yang ketiga merupakan penyempurna, yaitu Tauhid Asma wa Shifat. Yaitu pengakuan keesaan Allah berkenaan dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah, yang telah Allah sematkan pada Diri-Nya sendiri.

Semestinya, tauhid seorang muslim memberikan dampak berupa akhlaq yang mulia. Selanjutnya ustadz memberikan contoh-contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak para jama'ah untuk introspeksi. Misalnya :

  • Islam mengajarkan menolong orang yang kesusahan. Sudahkah diterapkan ?
  • Islam mengajarkan memberikan kemudahan dan tidak mempersulit. Sudahkan diterapkan ?
  • Islam mengajarkan yang muda menghormati yang tua. Sudahkah diterapkan ?
  • Islam mengajarkan yang mengendarai kendaraan menghormati dengan memberi salam terlebih dahulu kepada pejalan kaki. Sudahkah diterapkan ?

Ustadz lalu mengembangkan tentang menghormati pejalan kaki. Mengenai hal tersebut dikembangkan ke : akhlaq dalam berkendara di jalan. Seorang muslim seharusnya memiliki akhlaq yang mulia ketika berkendara di jalan. Prinsipnya adalah memberikan kemudahan (otomatis tidak membahayakan) pengendara lain dan mengutamakan penyeberang jalan, baik penyeberang jalan itu pejalan kaki, pengendara sepeda, sepeda motor atau mobil. Saat melihat ada yang ingin menyeberang seharusnya kita memberika kesempatan bagi mereka untuk menyeberang. Itu bentuk memberikan kemudahan kepada orang lain sembari berharap Allah ridha lalu memberikan kemudahan pula kepada kita.

Ustadz menceritakan pengalaman ustadz dan keluarganya saat berada di luar negeri. Saat ustadz dan keluarganya akan menyeberang jalan, seluruh kendaraan berhenti dengan tertib dan memberikan kesempatan pada ustadz dan keluarganya menyeberang. Tidak ada suara klakson, semua kendaraan berhenti sampai penyeberangan tuntas dilakukan. Ironisnya itu terjadi di suatu negeri yang muslimnya sangat minoritas. Bagaimana dengan di negeri kita yang notabene muslimnya mayoritas ? Apakah pengalaman serupa yang ustadz alami bisa terjadi di sini, di negeri kita sendiri ?

Di akhir kajian ada pertanyaan dari jamaah. Pertanyaannya di luar tema. Jamaah tersebut menyinggung tentang dimulainya taklim ba'da shalat dhuhur yang seakan-akan tidak memberikan kesempatan kepada jama'ah untuk shalat sunnah ba'diyah.

Lalu dijawab ustadz bahwa untuk hal tersebut ada beberapa alternatif solusi :

  1. Meminta semua warga pasar yang akan menunaikan shalat dhuhur untuk bisa hadir shalat dhuhur tepat waktu dan shalat berjamaah bersama imam. Lalu setelahnya diberi waktu yang cukup sampai semua jama'ah selesai shalat sunnah ba'diyah. Baru kemudian kajian dimulai. Dengan demikian tak seorangpun yang akan terganggu shalatnya. Namun realitanya, hal itu sulit sekali dan nyaris tidak mungkin dilakukan, sebab saat sudah dimulai kajian pun akan ada saja yang datang untuk menunaikan shalat.
  2. Jama'ah sepakat untuk memberi batas waktu yang diperkirakan cukup untuk menunaikan shalat sunnah ba'diyah, setelahnya baru kajian dimulai. Ini solusi yang realistis dan ustadz pun setuju jika solusi tersebut diputuskan untuk diambil.
  3. Shalat sunnah ba'diyah dilaksanakan setelah kajian. Dan ini adalah solusi yang saat ini sudah diterapkan.
Demikian, wallaahu a'lam bishshawaab.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ringkasan-kajian-1 : Aqidah yang Benar akan Membuahkan Akhlaq yang Mulia"

Post a Comment