Sistem Manajemen Persediaan (Bagian-2) : Menghitung Key Performance Indicator
Berikut contoh :
Diketahui data-data persediaan suatu perusahaan tahun 2020 :
- Nilai persediaan di awal tahun 2020 (saldo awal persediaan) = Rp 45 juta
- Nilai penjualan sepanjang tahun 2020 = Rp 400 juta
- Pada akhir tahun 2020 nilai persediaan (saldo akhir persediaan) = Rp 60 juta
Dari data-data tersebut kita dapat menghitung :
- Inventory Turnover (ITO)
- Days Inventory Outstanding (DIO)
Inventory Turnover (ITO)
ITO adalah rasio keuangan yang menunjukkan berapa kali perusahaan mampu menjual dan mengisi kembali persediaannya dalam satu periode waktu tertentu.
ITO adalah nilai penjualan dalam satu periode waktu tertentu dibagi dengan rata-rata persediaan.
Dari data-data yang tersaji, kita dapat menghitung ITO sebagai berikut :
ITO = nilai_penjualan / ( (saldo_awal_persediaan + saldo_akhir_persediaan) / 2 )
ITO = Rp 400 juta / ( ( Rp 45 juta + Rp 60 juta ) / 2 )
ITO = Rp 400 juta / Rp 52.5 juta
ITO = 7.6
Apa artinya ? Angka 7.6 itu berarti kira-kira sekitar 7 atau 8 kali terjadi siklus penjualan lalu pengisian kembali persediaan setelah penjualan dalam satu tahun.
Jadi, dengan inventory turnover (ITO) dapat diketahui seberapa sering perusahaan melakukan pengisian kembali persediaannya di gudang sebagai tindak lanjut dari pengeluaran barang untuk dijual.
ITO yang rendah merupakan tanda dari lemahnya penjualan (sales) atau menumpuknya barang di gudang secara berlebihan, atau dikenal dengan overstock. Hal ini merupakan indikator adanya masalah pada strategi rantai penjualan atau marketing yang tidak memadai.
ITO yang tinggi merupakan indikator kuatnya sales. Namun tetap harus hati-hati, sebab bisa jadi dibalik ITO yang tinggi terjadi pula kekurangan persediaan. Perusahaan harus tetap memastikan persediaan yang mencukupi untuk mendukung sales yang kuat. Hal itu lebih baik daripada menurunkan persediaan, sebab jika sales kuat sedangkan persediaan tidak mencukupi maka kondisi itu akan memperlambat laju perusahaan.
Berdasarkan indikator ITO, perusahaan dapat menetapkan mengelompokkan persediaan dalam empat kategori :
- Fast moving
- Medium moving
- Slow moving
- Dead stock
Days Inventory Outstanding (DIO)
Days inventory outstanding adalah lamanya persediaan tertumpuk di gudang.
Days inventory outstanding adalah banyaknya hari dalam satu tahun dibagi dengan inventory turnover.
Dari data-data yang tersaji di contoh dapat kita hitung bahwa :
DIO = 365 / ITO
DIO = 365 / 7.6
DIO = 48 hari
Apa artinya ? Angka 48 itu berarti rata-rata barang tersimpan di gudang selama 48 hari sebelum barang tersebut dijual.
Jadi, dengan days inventory outstanding dapat diketahui berapa lama rata-rata suatu barang tersimpan di gudang sebelum terjual.
Semakin lama suatu barang tersimpan di gudang semakin tinggi biaya yang diperlukan untuk penyimpanan barang tersebut, dan semakin rendah pula kemungkinan untuk dibeli oleh pelanggan.
Service Level (SL)
SL merupakan perbandingan antara permintaan barang yang dapat dipenuhi dari persediaan dengan jumlah seluruh permintaan barang.
Berdasarkan angka SL perusahaan dapat mengelompokkan barang dalam tiga kelompok :
- Very critical, misalnya perusahaan bisa menetapkan SL nya harus 99.99%
- Critical
- Non critical
Jadi, semakin tinggi angka SL nya berarti pengendalian persediaan semakin efektif.
Kesimpulan
Terkait key performance indicator pada inventory control ini dapat disimpulkan bahwa :
- Semakin tinggi indikator ITO berarti semakin efisien, semakin baik
- Semakin rendah indikator DIO berarti semakin efisien, semakin baik
- Semakin tinggi indikator SL berarti semakin efektif, semakin baik
Demikian telah kita pelajari tiga indikator yang dapat kita gunakan untuk mengukur kinerja inventory control pada sebuah perusahaan.
Insyaallah kita masih akan lanjutkan pembahasan mengenai klasifiksi persediaan pada bagian yang ketiga.
Semoga bermanfaat.
0 Response to "Sistem Manajemen Persediaan (Bagian-2) : Menghitung Key Performance Indicator"
Post a Comment